Menanti
aksioma wujud senyata
Dari
janjimu yang semakna kata palapa
Penggalan
sejati, sesaat perpisahan menjamu khidmatmu
Ucap
itu Semisal mantra penyihir yang mengutuku merengkuh
Pada
patamorgana sumpah amora
Tentang
jismimu setimbang sinta pada sang rama
Tak
peduli, walaupun akadmu padaku hanya angin kekosongan
Atau
sekedar dongeng penuh kefiktipan
Aku
teguh menunggu
Karena
aku benar-benar buta gulita
Dan
yang tersisa hanya sejatinya cinta
Yang
hendak mengungkap benarnya sabdamu
Asmara?
Atau justru setumpuk peluru?
Andai
mustahil terwujud, aku hanya merengekmu sepenggal kata
Tak
perlu puitis, cukup jelaskan saja! Apa adanya
Dan
setelah itu, akadmu aku thalak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar