Kamu,
wujud nuraniku yang tersuci
Di
antara belahan harapan dan bahagia
Di
antara hati, hasrat dan firasat
Diantara
cinta dan tirani
Dindaku!
Engkau
tertuah dalam lembar-lembar sajak
Kisahkan
canda dititik awal saat kata-kata itu mulai menyihir
Sampai
helaian kepedihan tercoret dibalik sampul akhir
Semuanya,
ku kitabkan
Dan
sengaja ku pilih tetes air mata sebagai titiknya
Bahkan
keelokan dan durinya, selalu kubaca sampai senja
Sayang!
Mengikhlaskanmu
begitu berat terasa
Ujian
paling terjal dari rangkaian kefanaanku
Kala
hasrat Semakin ingin melupa, semakin
pedih pula sakitnya
Menghujam
Sendi-sendi dan dinding-dinding serambi
Seolah
jiwa tak lagi bernyawa dan logika tinggal kekosongan
Adindaku!
Kuasaku
kini hanya sebatas do’a
Yang
lapalnya adalah kalimat kasih Tuhan
Tasbihnya
adalah air mata yang menghitung, jatuh pelan, satu-satu
Kuamini
dengan isak tangis yang tak kunjung henti
Senada
dengan suara hati yang terus merangkai kalimat –kalimat petuah
Tentang kesabaran,
keihlasan dan legawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar