Jumat, 22 Januari 2016

NURANI DISENJAKU



Kamu, wujud nuraniku yang tersuci
Di antara belahan harapan dan bahagia
Di antara hati, hasrat dan firasat
Diantara cinta dan tirani

Dindaku!
Engkau tertuah dalam lembar-lembar sajak
Kisahkan canda dititik awal saat kata-kata itu mulai menyihir
Sampai helaian kepedihan tercoret dibalik sampul akhir
Semuanya, ku kitabkan
Dan sengaja ku pilih tetes air mata sebagai titiknya
Bahkan keelokan dan durinya, selalu kubaca sampai senja

Sayang!
Mengikhlaskanmu begitu berat terasa
Ujian paling terjal dari rangkaian kefanaanku
Kala  hasrat Semakin ingin melupa, semakin pedih pula sakitnya
Menghujam Sendi-sendi dan dinding-dinding serambi
Seolah jiwa tak lagi bernyawa dan logika tinggal kekosongan

Adindaku!
Kuasaku kini hanya sebatas do’a
Yang lapalnya adalah kalimat kasih Tuhan
Tasbihnya adalah air mata yang menghitung, jatuh pelan, satu-satu
Kuamini dengan isak tangis yang tak kunjung henti
Senada dengan suara hati yang terus merangkai kalimat –kalimat petuah
Tentang kesabaran, keihlasan dan legawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar